Kutemukan obor ini di ujung Bengawan,
Ia memang obor walau nyalanya sebatas lilin.
Tetapi kehangatannya dapat aku rasakan.
Menghilang. entah, tlah 300 detik kehangatan itu hadir.
Kutemukan kembali ia.
Telah terang benerang. Nyala lincah bola bekel.
Sinarnya menyebar hingga gumpalan tirai-tirai gelap bubar.
Beruntung aku, ia tidak menyambar dan membakar.
ia tetap saja seperti nyala lilin dulu kala.
Ia tidak menyakiti walau kudekati, ku amati, ku teliti.
Kehangatannya terus menggoda.
Rumahku gelap. Aku tak tergoda membawanya. Untuk menerangi.
Aku hanya menikmati kehangatannya
untuk mengusir hawa dingin
Aku hanya menikmati lincah lidah apinya
Untuk menghiburku dari bayang gelap masa lalu
Masa lalu yang selalu membungkam semangat dan gairahku
membuat darah membeku pikiran kelu
hati tak menentu tujuan tak terburu
Obor.....
Sampai kapan nyalamu
berapa banyak minyakmu
berapa besar pertahananmu dari deru angin pilu
Obor.....
Di ruang gelap ini
Ada banyak pencuri
Ada banyak peminta
Ada banyak pemaksa
Kusenandungkan Suluk Pangkur Kerinduan
Kangen pasuryan paduka,
Kanjeng Nabi kang angon,
Langit lan bumi,
Kuthaning berkah lan ngilmu,
Indah tan kinaya ngopa,
Kekasihing Gusti ingkang Maha Luhur,
Oh…….. Nabi nyuwun margi,
Tresno lahir trusing batin.
Obor.....
aku ingin menangkap jiwamu
yang tak pernah mati oleh cengkraman tangan-tangan penguasamu
aku ingin mempigura keaslianmu
Hingga rumahku penuh semangatmu, keceriaanmu dan keindahanmu
Biar cahayamu terang di tempat lain. Toh cahaya intimu sudah ku ambil dan ku awetkan
dan tak mungkin bisa mereka ambil
Obor......
aku hanya pemotret yang tidak akan membawa objek potret
aku hanya pembawa gambar potret untuk pewarna hidupku........
Obor....
terima kasih
terima kasih
terima kasih
By : Andi Susanto
(andisusantow@yahoo.com)